Akhwat's Laman

Monday, January 21, 2013

Sharing Ilmu Seminar WGM (Will Get Married)...





Pertama-tama saya ingin mengucapkan bahwa catatan ini saya tujukan bagi seluruh akhwat yang sangat mendambakan pernikahan barokahnya, yang belum Allah takdirkan ikut mendapat materi dari seminar hebat ini, terutama pada adik angkat saya Irma Rachmawati (ini janji teteh de... ^^), saya sangat ingin berbagi meskipun mungkin hanya sedikit yang bisa saya tuliskan dibanding apa yang telah disampaikan. Tapi tak apa, semoga tidak mengurangi inti dari seminar ini.

Good Knowledge, Well Prepared, Happy Marriage, InsyaAllah...

Itu jargonnya. Yap, mantap bukan? Sekedar curhat, saya bela2in pulang ke Bandung demi menghadiri seminar ini, yang Alhamdulillah sangat bermanfaat bagi saya. Cieeee,,, yang bentar lagi nikah... Itu komentar beberapa orang yang saya beritahu bahwa saya akan menghadiri seminar ini. Weits, kata siapa??? Justru karena saya masih siap2 makanya datang ke acara ini (*kalau sebentar lagi mau nikah mah, siapin walimahannya... hehe). Becanda... Pernikahan itu kan proses, pelajarannya tidak akan ada habisnya, seperti layaknya kita hidup. Apa ada orang yang sudah jago dalam kehidupan? Tidak ada, karena setiap langkah kehidupan pasti kita dituntut untuk terus mempelajarinya. Kan kata pepatah Cina -> Belajar sepanjang hayat, hingga akhir hayat (*bener ga tuh kata2nya? hehehe). Jadi alasan kenapa saya datang, karena saya ingin mempersiapkan pernikahan saya kelak yang entah kapan Allah takdirkan, agar pernikahan ini kelak saya jadikan sebagai jalan untuk bersama2 menggapai ridhaNya, bukan menjadi tujuan akhir.
Selesai dengan curhat saya, kita kembali ke topik awal, “isi seminarnya apa aja tuh???”

Ada 4 sesi:

  1. Proses Berkah untuk Pernikahan Berkah oleh  Pasangan Suami Istri Teh Meli dan Kang Tora
  2. Fiqh Pernikahan oleh Ustadz Jalaluddin
  3. Mengenal Diri dan Calon Pasangan oleh Profesor Tuti dan Ustadz Darlis Fajar
  4. Kristalisasi Materi dan Renungan

Teh Meli dan Kang Tora adalah sepasang suami istri yang sama-sama seorang da’i dan sudah beberapa kali menulis buku, salah satunya adalah Ajari Aku Cinta yang mereka berdua berduet dalam menuliskannya (so sweet... ^^). Mereka berdua mengisi materi sesi pertama ini, padahal Teh Meli baru saja melahirkan anak keduanya secara caesar 14hari yang lalu! Subhanallah. Mereka membawa bayinya ke atas panggung, bisa dibayangkan jika bayi itu tahu betapa bangganya dia di usianya yang masih 14hari itu, dia sudah dapat mengecap panggung  acara yang ditonton oleh lebih dari 100orang itu. Itulah pentingnya menjadi pasangan yang hebat.

Seperti yang sudah kita ketahui ayat terkenal mengenai pernikahan adalah:

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. 51:49)
Dan...
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS. 36:36)

Kata2 berpasang2an ini pasti yang sudah mencantol di kepala kita adalah mengenai antara suami istri, ikhwan dan akhwat. Yap, benar... tapi bukan sekedar itu. Sebenarnya seluruh ciptaan Allah di muka bumi ini, pasti memiliki pasangannya dan itu adalah ‘lawan jenis’nya. Proton dan elektron, materi dan non-materi, dan seperti di atas: laki2 dan perempuan. Mengapa dipasangkan ya? Padahal jika kita perhatikan, kedua makhluk Allah ini memiliki kecenderungan karakter yang sangat berbeda. Seperti yang disampaikan pada Sesi II oleh Bu Profesor Tuti (Guru Besar FK Unpad), laki2 dan perempuan memiliki karakter alami yang sebenarnya sangat bertolak belakang, misal saja laki2 cenderung berbadan kekar, menggunakan logika, fokus pada 1hal, never remember, dll, sementara perempuan cenderung berlemak dan lembut (katanya karena memang ditakdirkan untuk menggendong bayi dan mengurusnya... hihi...), menggunakan perasaan, bisa melakukan banyak hal dalam 1waktu, never forget, dll. Bagaiman bisa 2insan yang bertolak belakang itu disatukan? Ada seorang akhwat yang mengatakan, “pokonya aku mau cari suami yang sifatnya sama dengan aku, biar ga ribet...dan ternyata itu sulit! Mengapa? Karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Dan berpasangan bukan berarti harus SAMA, tapi SELARAS dan SERASI. Jadi ketika kita mendapatkan pasangan yang ternyata berbeda dari kita, itu berarti Allah sedang memperlihatkan kita pelajaran lain dari kehidupan, bahwa segala sesuatunya tidak selalu sesuai dengan diri kita. Maka bersiaplah...

Mungkin ketika di awal2 pertemuan dengan si Do’i, beliau nampak begitu sesuai dengan harapan kita. Tampan, mapan, shaleh, sabar, pengertian, perhatian, dll. Namun kita tentu tidak boleh terperangkap dulu sampai akhirnya kita merasakan sendiri hidup dengannya. Karena walau bagaimanapun, kehidupan sebelum pernikahan adalah menipu, dan setelah pernikahan adalah realita. Semua dapat berubah begitu saja bahkan sampai 1800. Namun semoga kita tergolong yang bisa mendapatkan yang terbaik sejak awal hingga akhir hayat kita, amin...

Berpura2 baik bisa memikat banyak hati wanita, namun itu tidak akan bisa menjaga kesetiaannya pada wanitanya” [Kang Tora]

Maka kita sebagai wanita harus berhati2 dalam memilih calon pasangan. Jangan sedikit diperhatikan olehnya langsung ketagihan untuk diperhatikan kembali. Karena itu bisa jadi berbahaya juga bagi kita. Mengapa?

Orang yang selalu ingin diperhatikan, akan sulit untuk memperhatikan orang lain. [Kang Tora]

Sudah ditipu oleh kebaikan yang semu, membuat diri jadi selalu ingin diperhatikan tanpa memperhatikan yang lain pula. Bagaimana bisa menjadi pendidik anak2 kita kelak?

Maka carilah pasangan yang nampak komitmennya sejak awal pengakuannya pada ayah kita saat melamar kita. Yang menyatakan kesiapannya untuk membahagiakan kita dalam keluarga sakinah mawaddah warahmah. Bukan yang meminta untuk sengsara bersama.

Memilih pasangan yang baik adalah yang SIAP dan MAMPU, bukan MAU” [Kang Tora]

Iya,memangnya saat sudah tak ada uang, kita bisa membeli makan dengan cinta? Membeli susu anak kita dengan cinta? Tentu tidak. Namun bukan berarti ini menjadikan kita matrealistis. Oke,bolehlah kita sengsara di tahun pertama, tapi tahun berikutnya jangan dong, harus ada peningkatan... ya, setidaknya jika beliau mau memenuhi itu meski saat ini tak memiliki banyak hal ditambah keimanannya pada Allah SWT tak diragukan, terimalah. Jadilah partner yang sama2 berjuang membangun keluarga dari nol. Yang menyokongnya di kala lelah, yang menyemangatinya di kala futur, seperti yang Siti Khadijah lakukan pada Rasulullah SAW di tengah ujian dakwah yang terus menimpanya. Itu yang membuat Siti Khadijah menjadi tak tergantikan oleh istri2 lainnya, karena Rasulullah SAW begitu mencintai dan membanggakannya.
Jadi semakin ingin menikah...??? Hmmm,,, jadi galau...

STOP! Pernikahan itu bukan untuk digalaukan, tapi untuk dipersiapkan.

Ikhwan siap untuk menjadi pemimpin, imam bagi keluarganya kelak. Akhwat siap untuk menerima intervensi dari orang yang bernama suaminya itu. Terutama untuk ikhwan juga siap untuk berlelah2 dalam mencari nafkah, karena dari sana Allah SWT membuka kesempatan untuk mengampuni dosa yang terampunkan kecuali oleh berlelah2 dalam mencari nafkah tersebut. Selain itu juga siap untuk memenuhi diri dengan cinta yang halal bersamanya, karena “jangan mengaku beriman jika diri  tidak dipenuhi dengan cinta”. Latihlah untuk memenuhi cinta mulai dari pada Ibu Bapak kita. Jangan kita hanya berniat mesra pada pasangan kita, namun kita tak pernah melakukanya pada Ibu Ayah kita. Apa tak malu, yang membuat kita mengenal dunia ini kan orang tuan kita, lalu mana tanda cinta dan balas budi kita pada mereka? Yap, sebelum jodoh kita datang menjemput, maksimalkan telebih dahulu cinta kita pada 2malaikat yang sangat mencintai kita. Sehingga sampai akhirnya kita merasakan posisi sebagai orang tua, Allah SWT akan menanamkan cinta pada hati anak2 kita. Bukankah itu indah, cinta tiada akhir???

Tentu kita ingin membangun keluarga yang penuh dengan cinta di dalamnya. Namun kita pun perlu berhati2 bahwa tidak semua keluarga yang terbentuk adalah seperti yang kita harapkan, karena ada 3tipe keluarga, yaitu:

  1. Keluarga yang semua anggotanya membangkang pada Allah SWT. (Abu Lahab dan Keluarga)
  2. Keluarga yang sebagian membangkang, sebagian beriman pada Allah SWT. (Keluarga Nabi Nuh dan Keluarga Nabi Luth)
  3. Keluarga yang seluruhnya beriman pada Allah SWT. (Keluarga Nabi Ibrahim dan Keluarga Nabi Muhammad SAW.)

Semoga kita termasuk pada keluarga tipe 3, sekarang dan selamanya, amin... Maka untuk menggapai itu, kita perlu memperhatikan beberapa aspek berikut:
  1. Bagaimana visi pernikahan kita? Itu pentingnya untuk menyamakan tujuan pernikahan kita, atau sederhananya “ingin menjadi keluarga yang seperti apa???
  2. Kenali diri sendiri yang adalah sebagai Muslim, sehingga dengan kesadaran tersebut, kita akan mengambil contoh2 dari idola kita, yaitu Choi Shiwon... Loh???
    Ini nih yang seringkali salah, kita lebih mengidolakan yang seperti ini dibanding dengan role model kita Rasulullah SAW (*curhat). Padahal beliau sudah Allah utus menjadi sebaik2 contoh bagi umat Muslim, maka ketika ada problematika ya kita coba cari dari kisah2 Rasul dan para shahabat.
  3. Persiapkan kemampuan secara finansial.
  4. Kita sebagai wanita harus ingat alur keberbaktian dalam keluarga yaitu, seorang suami adalah milik ibunya, dan seorang istri adalah milik suaminya. Sehingga sebagai seorang istri kita harus bisa mendukung suami untuk berbakti  pada orang tuanya. Dan kita harus mempersiapkan untuk tidak lagi diatur oleh keluarga orang tuan kita, tapi oleh keluarga yang kita bangun dengan seorang imam yaitu suami kita.

Ya, sekian dulu dari apa yang otak saya bisa pikirkan untuk saya tuliskan kembali. Semoga bermanfaat bagi para pencari cinta (PPC) yang sedang menantikan pangeran berkudanya datang menjemputnya atau bagi yang sudah dijemput olehnya.
Wallahu’alam bishshawwab...