Akhwat's Laman

Tuesday, July 9, 2013

Share about Ramadhan nyok...



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

H-... Ramadhan 1343H... Gimana nih???
“Gimana apanya? Biasa aja kali. Tinggal puasa doang...”
Begitukah yang terlintas di benak kita??? Oh God, kalo bener, berarti ada yang ga beres dengan pengetahuan kita sebagai Muslim(ah) mengenai Keutamaan di Bulan Ramadhan. Jadi, misal kita udah berusia 22tahun (guhe banget), seberapa banyak keutamaan Ramadhan yang udah kita sia-siakan???
“Oke deh, jangan kepanjangan prolognya dong.Jadi guhe kudu gimana?”
Kayanya berkaitan dengan:

10hari awal -> RAHMAT,
10hari kedua -> AMPUNAN,
10hari terakhir -> TERHINDARNYA API NERAKA,

udah pada tahu kali ya. Tapi ko masih pada leha2 ya? Hm, mungkin karena terlalu banyak teori yang nempel di kepala sampe ga tau cara mengaplikasikannya.  Hmmm... Tapi, karena ane orangnya praktis nih (masa...???), jadi ane coba share tentang apa2 yang bisa kita optimalkan di bulan Ramadhan. Terkait pelaksanaan, saya serahkan pada diri ente sekalian, karena tiap orang punya style nya masing2 (asal tetap sesuai syari’at ^^).

1.       Coy, katanya tidurnya orang yang shaum itu juga terhitung ibadah ya? Weittsss, bener ga tuh? Dalilnya yang sering kedenger sih gini,

“Tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah, diamnya adalah tasbih, doanya dikabulkan, dan amalnya dilipatgandakan”
 
Bener gitu ga? Usut punya usut via ngenet, ternyata hadits ini bersifat dhaif( atau lemah). Hm, keterangan lebih lanjut silakan tanya Mbah aja ya... Tapi terlepas dari itu dhaif atau tidak, pernah bayangin secara logis ga, kalo yang tidur aja berpahala (yang kalo di bulan Ramadhan bisa ampe 700x lipat), apalagi yang beraktifitas di jalan-Nya...? Yah, tapi kalo bener2 cape, lelah, butuh istirahat sih ya gapapa tidur.

2.       Ramadhan bulan Rahmat tuh gimana sih? Hmm... saya ambil kesimpulan bahwa Allah memberi kita kesempatan untuk meraup ‘dulang emas’ yang Allah simpan di bulan Ramadhan. Salah satunya, Allah besarkan peluang menambah tabungan pahala kita dan peluang terkabulnya doa2 kita.

“Sesungguhnya setiap Muslim pada tiap siang dan malam hari –pada bulan Ramadhan- memiliki doa yang mustajab” [diriwayatkan oleh Al Bazzar dan dishahihkan oleh Albani]

3.       Kalo misal pengen i’tikaf, ngantuk ga kuat, gimana cuy? I’tikaf tuh buat apa sih? Biasanya orang melakukan ini saat 10 terakhir Ramadhan, berharap mendapatkan malam Lailatul Qadar yang kehadirannya sangat misterius ini ^^. Emang kenapa tuh dengan malam itu? Kalo lupa, coba baca lagi deh QS. Al-Qadr: 1-5 (paham ko, ane juga sempet lupa). Baiknya sih kita siap siaga di malam2 ganjilnya. Tapi tak apa jika kesibukan dan kesanggupan kita membuat kita bisa di malam genap. Sungguh, Allah melihat tiap usaha kita untuk mendekat pada-Nya.
Kalo ini momen2 pertama kali merasakan i’tikaf, coba cari masjid yang pelaksanaan tergolong ‘ringan’, misalnya bacaan2 surat pendek dalam shalatnya tidak full 1juz/rakaat. Yang pernah saya tahu, kalo untuk pengalaman pertama, Masjid DT di Bandung cukup memberi pengalaman ko. Tapi kalo mau lebih menantang, bisa ke Masjid Habib di Bandung. Dan untuk masalah tidur, hmm, kalo ga kuat ga apa diseling tidur. Saya banyak lihat yang bawa perlengkapan tidur ampe kasur lipat ke masjid. Bukan untuk dicontoh juga sih, cuma ya intinya kan kita ingin beribadah, kalo ga kuat ya istirahatkan, jangan dipaksakan. Tapi harus lebih kuat semangat i’tikaf nya daripada tidurnya ya..

4.       Duh, kalo ane pulang telat sampe rumah capek banget ga sempet tarawih, gimana nih? Pren, tarawih itu apa sih? Saya pun baru tahu belakangan2 ini dari seorang ustadz. Asal kata tarawih adalah rohah yang artinya istirahat, tenang. Sebenarnya tarawih itu kan sama dengan Qiyamul Lail (QL, tahajud), hanya saja pelaksanaanya dimajukan. Jadi sebenarnya tarawih harusnya kita laksanakan dengan kondisi yang tenang, tidak tergesa2, dan sebagai bentuk istirahat kita, jadi bisa kita laksanakan di rumah. Lantas kenapa orang2 melaksanakannya ke masjid?
Setahu saya, ada hadist shahih yang menyatakan bahwa Rasul justru tidak ingin kaumnya berpikir bahwa tarawih ke masjid seolah menjadi suatu yang wajib (coba tanya Mbah), karena di Ramadhan terakhir menjelang wafatnya pun beliau tidak tarawih ke Masjid. Salah satu alasan mengapa tarawih lebih baik dilaksanakan di masjid mungkin sebagai bentuk syiar pada masyarakat. Jadi, silakan pikirkan mana yang terbaik bagi kondisi antum (ceileh bahasanya... :P).

5.       Apakah semakin banyak rakaat tarawih itu semakin baik? Lagi2 saya pernah dengar bahwa Rasul tidak pernah melaksanakan tahajud lebih dari 11 rakaat (ga harus tanya Mbah, boleh tanya yang lain juga ko ). Lagipula dari pengalaman, biasanya yang rakaatnya lebih dari 11 misalnya 23, saya pribadi sih tidak menemukan makna ‘ketenangan’ di dalamnya, seperti sedang berolah raga dan parahnya seperti sedang dikejar2 deadline pekerjaan karena membuat hati menjadi tidak nyaman dan tidak menikmati. Pernah merasakannya? Padahal merujuk pada arti tarawih tadi seharusnya kita menjadi nyaman karenanya, bukan ngedumel “duh, cepet banget sih ni imam! Baru juga baca bla...bla.., udah bla...bla... aja.”.

6.       Duh, aku udah sering doa di bulan Ramadhan, tapi ko asa ga ngefek ya? Hmmm, jawabannya adalah Wallahu alam bishshawwab... Gitu aja?
Hehehe, emang iya, lha wong yang tahu cuma Allah SWT, ane sih mana tahu. Cuma yang patut kita yakini adalah bahwa Allah SWT pasti memberikan yang terbaik untuk kita. Dan tinggal kita nih yang dituntut untuk memasrahkan tiap doa yang kita panjatkan, mengikhlaskannya, disamping mengusahakannya. Dan tentunya tahu kan, tanpa kita sebut2 berulang2 pun, Allah udah tahu apa yang tersirat di hati kita. Lha, kalo gitu ngapain perlu doa terus2an ke Allah? Karena Allah senang mendengar hambaNya berdoa padaNya, karena dengan begitu semakin menunjukkan dan membiasakan kita bahwa kita sangat bergantung padaNya dan kita memang tidak ada apa2nya.

7.       Trus gimana? Nangis nih guhe...! Hehehe, cup cup cup... Ane sih pernah dikasih tahu seorang teman, kalo saat menjelang Ramadhan, buatlah proposal. Proposal apaan? Proposal permohonan apa saja yang sangat kita inginkan, dambakan, harapkan, dsb. Buatlah listnya dengan cukup detil per-permohonannya. Dan yang namanya proposal (kalo pernah buat sih), biasanya ada ‘bayaran’ sebagai ganti untuk diberikan ke pihak yang kita tuju kan... Nah, karena ini ke Allah SWT, Tuhan Jagat Raya yang ga ada yang tidak Dia miliki, maka kita berikan yang bisa kita perjuangkan sebagai hamba yang dicintaiNya, yaitu berupa amalan ibadah. Misal, kita buat list seperti ini:
a.       Minimal khatam Alquran 1x selama Ramadhan ini
b.      Shalat sunnah rawatib full (5x sehari)
c.       Shalat dhuha tidak ada yang tertinggal tiap harinya
d.      Konsisten tarawih 11rakaat tiap hari
e.      Tiap hari ada sedekah yang diberikan
f.        Konsisten baca Al-Ma’surat (doa) pagi dan petang
g.       Menghindari membicarakan orang lain yang tidak baik
h.      Dll...

8.       Oh iya, gimana nih kalo kalo wudlu pas shaum? Kan ada kumur2 ama bersihin hidung, entar airnya masuk deh. Ini memang ada 2 pendapat, yang mengatakan tidak batal jika berkumur dan istinsyaq (membersihkan hidung), asalkan tidak berlebihan. Ini terdapat pada hadist berikut:
Riwayatkan bahwa Raslullah SAW bersabda:

Dari Umar bin Al-Khatab ra. berkata, "Suatu hari aku beristirahat dan mencium isteriku sedangkan aku berpuasa. Lalu aku datangi nabi SAW dan bertanya, "Aku telah melakukan sesuatu yang fatal hari ini. Aku telah mencium dalam keadaan berpuasa." Rasulullah SAW menjawab, "Tidakkah kamu tahu hukumnya bila kamu berkumur dalam keadaan berpuasa?" Aku menjawab, "Tidak membatalkan puasa." Rasulullah SAW menjawab, "Maka mencium itu pun tidak membatalkan puasa." (HR Ahmad dan Abu Daud)

Sementara yang mengatakan itu membatalkan adalah karena saat berkumur pasti ada air yang masuk ke dalam perut meski sedikit dan karena dengan berkumur bisa menghilangkan bau mulut (khaluuf) padahal,

"Bau mulutnya (khaluuf) orang puasa nanti di hari kiamat lebih utama bagi Allah dari minyak Kasturi"

Sementara bagi yang meyakini itu tidak membatalkan, menganggap bahwa penyebab khaluuf itu bersumber dari dalam, tidak semata-mata dari mulut. Karenanya, kalaupun kita menggosok gigi atau berkumur, tetap saja khaluuf itu ada.
Adapun hadits yang paling jelas, yaitu:

Dari Laqith bin Shabrah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sempurnakanlah wudhu', dan basahi sela jari-jari, perbanyaklah dalam istinsyak (memasukkan air ke hidung), kecuali bila sedang berpuasa." (HR Arba'ah dan Ibnu Khuzaemah menshahihkannya).

Namun ini pun masih memberi makna yang berbeda. Karena dari pihak PRO kumur menganggap bahwa intinya, yang dilarang hanya apabila dilakukan dengan berlebihan, sehingga dikhawatirkan akan terminum. Sedangkan pihak KONTRA beranggapan bahwa hadits itu menjelaskan lebih baik meninggalkan berkumur dan istinsyak tersebut.
Begitulah pandangan2 yang terdapat di masyarakat, silakan dijalani berdasarkan keyakinan masing2. Dan jika ada yang kurang, silakan komen-kan ya. Dan yang mau saya tekankan disini juga adalah bahwa kita sering terjebak dengan tindakan membersihkan hidung dalam wudlu adalah cukup dengan mengorek bagian dalam hidung, bahkan ada yang sekedar mencolek hidungnya (duh, ini pelit amat si...). Padahal istilah membersihkan hidung dalam wudlu adalah istinsyaq, yakni dengan menghirup air ke dalam hidung, lalu dikeluarkan, dengan begitu hidung lebih terjamin kebersihannya. Selain itu juga jika salah, dengan istinsyaq ini bisa mengurangi resiko sinusitis loh... 

Duh, ane lupa lagi nih yang mau disampein (padahal mah emang Cuma segini yang kepikiran, hehe...). sekian dulu deh ya, insyaAllah kalo Allah SWT berkenan ane nulis lanjutannya, akan ane share lagi di sini, okeh...? (BTW ko, bahasanya ane2-an ya?hehe...)

Wallahu alam bishshawwab,
Wassalamu’alaikum...