Akhwat's Laman

Tuesday, July 9, 2013

Share about Ramadhan nyok...



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

H-... Ramadhan 1343H... Gimana nih???
“Gimana apanya? Biasa aja kali. Tinggal puasa doang...”
Begitukah yang terlintas di benak kita??? Oh God, kalo bener, berarti ada yang ga beres dengan pengetahuan kita sebagai Muslim(ah) mengenai Keutamaan di Bulan Ramadhan. Jadi, misal kita udah berusia 22tahun (guhe banget), seberapa banyak keutamaan Ramadhan yang udah kita sia-siakan???
“Oke deh, jangan kepanjangan prolognya dong.Jadi guhe kudu gimana?”
Kayanya berkaitan dengan:

10hari awal -> RAHMAT,
10hari kedua -> AMPUNAN,
10hari terakhir -> TERHINDARNYA API NERAKA,

udah pada tahu kali ya. Tapi ko masih pada leha2 ya? Hm, mungkin karena terlalu banyak teori yang nempel di kepala sampe ga tau cara mengaplikasikannya.  Hmmm... Tapi, karena ane orangnya praktis nih (masa...???), jadi ane coba share tentang apa2 yang bisa kita optimalkan di bulan Ramadhan. Terkait pelaksanaan, saya serahkan pada diri ente sekalian, karena tiap orang punya style nya masing2 (asal tetap sesuai syari’at ^^).

1.       Coy, katanya tidurnya orang yang shaum itu juga terhitung ibadah ya? Weittsss, bener ga tuh? Dalilnya yang sering kedenger sih gini,

“Tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah, diamnya adalah tasbih, doanya dikabulkan, dan amalnya dilipatgandakan”
 
Bener gitu ga? Usut punya usut via ngenet, ternyata hadits ini bersifat dhaif( atau lemah). Hm, keterangan lebih lanjut silakan tanya Mbah aja ya... Tapi terlepas dari itu dhaif atau tidak, pernah bayangin secara logis ga, kalo yang tidur aja berpahala (yang kalo di bulan Ramadhan bisa ampe 700x lipat), apalagi yang beraktifitas di jalan-Nya...? Yah, tapi kalo bener2 cape, lelah, butuh istirahat sih ya gapapa tidur.

2.       Ramadhan bulan Rahmat tuh gimana sih? Hmm... saya ambil kesimpulan bahwa Allah memberi kita kesempatan untuk meraup ‘dulang emas’ yang Allah simpan di bulan Ramadhan. Salah satunya, Allah besarkan peluang menambah tabungan pahala kita dan peluang terkabulnya doa2 kita.

“Sesungguhnya setiap Muslim pada tiap siang dan malam hari –pada bulan Ramadhan- memiliki doa yang mustajab” [diriwayatkan oleh Al Bazzar dan dishahihkan oleh Albani]

3.       Kalo misal pengen i’tikaf, ngantuk ga kuat, gimana cuy? I’tikaf tuh buat apa sih? Biasanya orang melakukan ini saat 10 terakhir Ramadhan, berharap mendapatkan malam Lailatul Qadar yang kehadirannya sangat misterius ini ^^. Emang kenapa tuh dengan malam itu? Kalo lupa, coba baca lagi deh QS. Al-Qadr: 1-5 (paham ko, ane juga sempet lupa). Baiknya sih kita siap siaga di malam2 ganjilnya. Tapi tak apa jika kesibukan dan kesanggupan kita membuat kita bisa di malam genap. Sungguh, Allah melihat tiap usaha kita untuk mendekat pada-Nya.
Kalo ini momen2 pertama kali merasakan i’tikaf, coba cari masjid yang pelaksanaan tergolong ‘ringan’, misalnya bacaan2 surat pendek dalam shalatnya tidak full 1juz/rakaat. Yang pernah saya tahu, kalo untuk pengalaman pertama, Masjid DT di Bandung cukup memberi pengalaman ko. Tapi kalo mau lebih menantang, bisa ke Masjid Habib di Bandung. Dan untuk masalah tidur, hmm, kalo ga kuat ga apa diseling tidur. Saya banyak lihat yang bawa perlengkapan tidur ampe kasur lipat ke masjid. Bukan untuk dicontoh juga sih, cuma ya intinya kan kita ingin beribadah, kalo ga kuat ya istirahatkan, jangan dipaksakan. Tapi harus lebih kuat semangat i’tikaf nya daripada tidurnya ya..

4.       Duh, kalo ane pulang telat sampe rumah capek banget ga sempet tarawih, gimana nih? Pren, tarawih itu apa sih? Saya pun baru tahu belakangan2 ini dari seorang ustadz. Asal kata tarawih adalah rohah yang artinya istirahat, tenang. Sebenarnya tarawih itu kan sama dengan Qiyamul Lail (QL, tahajud), hanya saja pelaksanaanya dimajukan. Jadi sebenarnya tarawih harusnya kita laksanakan dengan kondisi yang tenang, tidak tergesa2, dan sebagai bentuk istirahat kita, jadi bisa kita laksanakan di rumah. Lantas kenapa orang2 melaksanakannya ke masjid?
Setahu saya, ada hadist shahih yang menyatakan bahwa Rasul justru tidak ingin kaumnya berpikir bahwa tarawih ke masjid seolah menjadi suatu yang wajib (coba tanya Mbah), karena di Ramadhan terakhir menjelang wafatnya pun beliau tidak tarawih ke Masjid. Salah satu alasan mengapa tarawih lebih baik dilaksanakan di masjid mungkin sebagai bentuk syiar pada masyarakat. Jadi, silakan pikirkan mana yang terbaik bagi kondisi antum (ceileh bahasanya... :P).

5.       Apakah semakin banyak rakaat tarawih itu semakin baik? Lagi2 saya pernah dengar bahwa Rasul tidak pernah melaksanakan tahajud lebih dari 11 rakaat (ga harus tanya Mbah, boleh tanya yang lain juga ko ). Lagipula dari pengalaman, biasanya yang rakaatnya lebih dari 11 misalnya 23, saya pribadi sih tidak menemukan makna ‘ketenangan’ di dalamnya, seperti sedang berolah raga dan parahnya seperti sedang dikejar2 deadline pekerjaan karena membuat hati menjadi tidak nyaman dan tidak menikmati. Pernah merasakannya? Padahal merujuk pada arti tarawih tadi seharusnya kita menjadi nyaman karenanya, bukan ngedumel “duh, cepet banget sih ni imam! Baru juga baca bla...bla.., udah bla...bla... aja.”.

6.       Duh, aku udah sering doa di bulan Ramadhan, tapi ko asa ga ngefek ya? Hmmm, jawabannya adalah Wallahu alam bishshawwab... Gitu aja?
Hehehe, emang iya, lha wong yang tahu cuma Allah SWT, ane sih mana tahu. Cuma yang patut kita yakini adalah bahwa Allah SWT pasti memberikan yang terbaik untuk kita. Dan tinggal kita nih yang dituntut untuk memasrahkan tiap doa yang kita panjatkan, mengikhlaskannya, disamping mengusahakannya. Dan tentunya tahu kan, tanpa kita sebut2 berulang2 pun, Allah udah tahu apa yang tersirat di hati kita. Lha, kalo gitu ngapain perlu doa terus2an ke Allah? Karena Allah senang mendengar hambaNya berdoa padaNya, karena dengan begitu semakin menunjukkan dan membiasakan kita bahwa kita sangat bergantung padaNya dan kita memang tidak ada apa2nya.

7.       Trus gimana? Nangis nih guhe...! Hehehe, cup cup cup... Ane sih pernah dikasih tahu seorang teman, kalo saat menjelang Ramadhan, buatlah proposal. Proposal apaan? Proposal permohonan apa saja yang sangat kita inginkan, dambakan, harapkan, dsb. Buatlah listnya dengan cukup detil per-permohonannya. Dan yang namanya proposal (kalo pernah buat sih), biasanya ada ‘bayaran’ sebagai ganti untuk diberikan ke pihak yang kita tuju kan... Nah, karena ini ke Allah SWT, Tuhan Jagat Raya yang ga ada yang tidak Dia miliki, maka kita berikan yang bisa kita perjuangkan sebagai hamba yang dicintaiNya, yaitu berupa amalan ibadah. Misal, kita buat list seperti ini:
a.       Minimal khatam Alquran 1x selama Ramadhan ini
b.      Shalat sunnah rawatib full (5x sehari)
c.       Shalat dhuha tidak ada yang tertinggal tiap harinya
d.      Konsisten tarawih 11rakaat tiap hari
e.      Tiap hari ada sedekah yang diberikan
f.        Konsisten baca Al-Ma’surat (doa) pagi dan petang
g.       Menghindari membicarakan orang lain yang tidak baik
h.      Dll...

8.       Oh iya, gimana nih kalo kalo wudlu pas shaum? Kan ada kumur2 ama bersihin hidung, entar airnya masuk deh. Ini memang ada 2 pendapat, yang mengatakan tidak batal jika berkumur dan istinsyaq (membersihkan hidung), asalkan tidak berlebihan. Ini terdapat pada hadist berikut:
Riwayatkan bahwa Raslullah SAW bersabda:

Dari Umar bin Al-Khatab ra. berkata, "Suatu hari aku beristirahat dan mencium isteriku sedangkan aku berpuasa. Lalu aku datangi nabi SAW dan bertanya, "Aku telah melakukan sesuatu yang fatal hari ini. Aku telah mencium dalam keadaan berpuasa." Rasulullah SAW menjawab, "Tidakkah kamu tahu hukumnya bila kamu berkumur dalam keadaan berpuasa?" Aku menjawab, "Tidak membatalkan puasa." Rasulullah SAW menjawab, "Maka mencium itu pun tidak membatalkan puasa." (HR Ahmad dan Abu Daud)

Sementara yang mengatakan itu membatalkan adalah karena saat berkumur pasti ada air yang masuk ke dalam perut meski sedikit dan karena dengan berkumur bisa menghilangkan bau mulut (khaluuf) padahal,

"Bau mulutnya (khaluuf) orang puasa nanti di hari kiamat lebih utama bagi Allah dari minyak Kasturi"

Sementara bagi yang meyakini itu tidak membatalkan, menganggap bahwa penyebab khaluuf itu bersumber dari dalam, tidak semata-mata dari mulut. Karenanya, kalaupun kita menggosok gigi atau berkumur, tetap saja khaluuf itu ada.
Adapun hadits yang paling jelas, yaitu:

Dari Laqith bin Shabrah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sempurnakanlah wudhu', dan basahi sela jari-jari, perbanyaklah dalam istinsyak (memasukkan air ke hidung), kecuali bila sedang berpuasa." (HR Arba'ah dan Ibnu Khuzaemah menshahihkannya).

Namun ini pun masih memberi makna yang berbeda. Karena dari pihak PRO kumur menganggap bahwa intinya, yang dilarang hanya apabila dilakukan dengan berlebihan, sehingga dikhawatirkan akan terminum. Sedangkan pihak KONTRA beranggapan bahwa hadits itu menjelaskan lebih baik meninggalkan berkumur dan istinsyak tersebut.
Begitulah pandangan2 yang terdapat di masyarakat, silakan dijalani berdasarkan keyakinan masing2. Dan jika ada yang kurang, silakan komen-kan ya. Dan yang mau saya tekankan disini juga adalah bahwa kita sering terjebak dengan tindakan membersihkan hidung dalam wudlu adalah cukup dengan mengorek bagian dalam hidung, bahkan ada yang sekedar mencolek hidungnya (duh, ini pelit amat si...). Padahal istilah membersihkan hidung dalam wudlu adalah istinsyaq, yakni dengan menghirup air ke dalam hidung, lalu dikeluarkan, dengan begitu hidung lebih terjamin kebersihannya. Selain itu juga jika salah, dengan istinsyaq ini bisa mengurangi resiko sinusitis loh... 

Duh, ane lupa lagi nih yang mau disampein (padahal mah emang Cuma segini yang kepikiran, hehe...). sekian dulu deh ya, insyaAllah kalo Allah SWT berkenan ane nulis lanjutannya, akan ane share lagi di sini, okeh...? (BTW ko, bahasanya ane2-an ya?hehe...)

Wallahu alam bishshawwab,
Wassalamu’alaikum...

Sunday, February 3, 2013

Hikmah yang Indah...

Ahad, 27 Januari 2013, saya mendapat undangan acara pengajian bersama saudara2 saya di salah satu Masjid di Jakarta Timur. Dari sms yang dikirim om saya, acara mulai pukul 09.00WIB. “wah, bisa telat ini...”. Saya berpikir demikian karena posisi kosan saya yang berada di daerah Jakarta Selatan, perlu menggunakan transportasi TraJa 1x transit + angkot. Sebenarnya ini tidak masalah, karena yang seringkali menjadi masalah adalah SEMANGAT dari dalam diri sendiri. Yup, saya akui, saya memang sering terlambat karena seringkali menunda2 untuk bersiap2. Namun karena saya teringat perkataan seorang Aa yang saya hormati,
“Kita, kalau mau liburan, siap2nya dari jauh2 hari. Kalau datang pengajian aja, datangnya pas2an, ya pas2an persiapan, pas2an  telatnya lagi, ga ada persiapan yang berarti”,
saya jadi tersindir dan bertekad untuk datang lebih pagi, atau minimal tepat waktu seperti yang telah dijanjikan. Ini lebih menantang (*biar gaya), karena biasanya acara dimulai pukul 10.00WIB, dan saya yakin, mungkin dikatakan mulai pukul 09.00 itu hanya untuk mengantisipasi keterlambatan yang sering saya lakukan. Saya bisa saja tidak tepat datang pukul 09.00, tapi saya ingin membuktikan bahwa saya datang dengan persiapan dan kesungguhan ingin mendapat ilmu secara keseluruhan. Akhirnya dengan perjuangan ¼ mati (*biar lebay aja sih), saya berhasil meninggalkan kenyamanan di kosan pukul 08.00WIB (yang biasanya saya masih bermalas2an di kamar). Saya berangkat dengan semangat 45 dan yakin saya hadir di jajaran TOP3 paling awal.

Subhanallah, saya mendapatkan TraJa dengan mudahnya dan TraJa yang saya naiki melaju dengan lancarnya (karena jalanan pada pagi itu masih lenggang). Saya sampai bisa bersantai di kursi TraJa yang paling nyaman, haha. Saya sampai di halte akhir pukul 9 kurang. Saya yakin, saya bisa datang tepat waktu. Langsung saya naik angkot, dan akhirnya saya sampai di tempat tujuan. Ketika saya datang, loh gerbangnya tutup... Tapi alhamdulillah ada jalan kecil untuk orang masuk. Masjid itu biasanya ramai orang karena sering digelar resepsi pernikahan. Namun ini pertama kalinya saya datang kesana dengan keadaan tidak ada resepsi, suasana jadi begitu hening. Baguslah, jadi bisa lebih khusyuk menimba ilmunya, hehehe. Saya datang ke tempat biasa kumpul. Namun ternyata belum ada siapa2. Hmmm... Akhirnya saya bahkan menjadi TOP1 pendatang paling awal, YEAH!!! ^^ Namun karena benar2 sepi, saya jadi khawatir juga, lalu saya sms tante saya, menanyakan posisi mereka.

Tiba2 HP saya berbunyi, ada telepon masuk, nomor tak dikenal, tapi sepertinya ini dari om. Lalu saya angkat.
“ajeng, posisi dimana sekarang?”
“udah di masjid om, om dimana?”
“loh, sms terakhir saya ga nyampe ya?”
“emang apa om?”
“saya kirim sms, acara kita jadinya di Bekasi...”
“loh, kata om X di Masjid ini?”
“kayanya miskomunikasi ya... awalnya memang di Masjid, tapi karena satu dan lain hal, saya pindahkan ke Bekasi, saya sudah sms ajeng kalo ga salah sabtu kemarin... ajeng udah lama nunggu?”
“oh, gitu ya om... ga ko, baru2 nyampe juga...” (*nada kecewa !_!)
“kayanya kalo ke sini ga akan sempet ya?”
“bisa sih om, cuma mungkin pas udah selesai acaranya...haha” (*nada tertawa pahit)
“oh yaudah, pekan ini ajeng ga ikut dulu aja... gapapa kan? Afwan ya. Mau langsung pulang?”
“oh yaudah om, gapapa. Palingan mau belanja dulu sih...”
“oke deh. Sekali lagi afwan ya jeng, hati2 di jalan... Jazakillah udah dateng... ”
“oh iya om...”
“Assalamu’alaikum...”
“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh...”
.....

Hhh, ternyata ga jadi... Tapi untuk menenangkan hati, karena saya belum tilawah pagi ini, saya langsung tilawah dulu barang beberapa lembar, lumayan sambil menikmati semilir angin yang berhembus di sana... (*soalnya cape juga sih, hareudang tea... ^^). Saya perhatikan jam, baru menunjukkan pukul 10.00 WIB an. Yah, karena memang ada beberapa yang perlu dibeli, saya berencana mampir dulu ke salah satu supermarket terdekat di daerah sana.

Saat saya beranjak keluar dari masjid dan memakai sepatu, tiba2 terdengar suara kucing seperti memanggil2 meminta tolong. Secara otomatis, naluri pecinta kucing saya tergerak, darimana suara ini muncul. Dan ketika saya melangkah lebih jauh, ternyata ada seekor kucing cantik betina berwarna putih bersih terjebak di selokan kering yang di atasnya dipasang jeruji, sehingga dia tidak bisa keluar dari sana. Dia mengeong seperti memelas meminta tolong saat melihat saya. Tadinya saya mau berlalu begitu saja, tapi saya jadi tergerak karena penasaran, mengapa kucing ini tidak bisa keluar, darimana dia masuk? Saya jadi bingung sendiri.



Yang membuat saya makin merasa harus menolong adalah, karena di belakang kucing cantik itu, ada 2 ekor anak kucing yang masih kecil berwarna loreng abu2. Saya yakin itu anak2nya. Maka dari itu saya coba cari celah yang memungkinkan dia masuk kesana. Rute selokan itu membentuk persegi panjang, setelah saya telusuri, tidak ada celah yang memungkinkan dia masuk. Tapi memang dari beberapa sisi selokan, terdapat lubang yang mungkin menghubungkan ke selokan lainnya. Oh, mungkin dari sini dia masuk... Tapi saya berpikir, darimana saya tahu muara lubang itu...??? =___=

Saya langsung berpikir, mungkin saja ada salah satu jeruji selokan ini yang bisa saya angkat untuk mengeluarkan mereka. Saya lalu cari2 dan ada salah satu bagian jeruji yang bisa saya angkat. Alhamdulillah... Oh iya, sekedar curhat, sebelum akhirnya saya menemukan jeruji yang bisa diangkat itu, saya lihat ada kucing lain yang sedang bersantai diatas jeruji selokan itu, kucing jantan berwarna abu2. Hmmm, sepertinya ini ayah dari 2anak kucing malang ini. Dan saya perhatikan, mendengar suara kucing lain, dia hanya duduk bersantai tanpa peduli ada kucing lain yang sedang membutuhkan pertolongan. Dasar kucing jantan, giliran betinanya butuh bantuan aja, ga peduli gitu! (Hehehe, duh jeng, namanya juga kucing...).

Setelah saya coba angkat jerujinya, saya coba panggil kucing cantik itu menuju tempat dia bisa keluar. Saya gunakan trik seperti ingin memberi makan. Tapi sepertinya dia paham bahwa maksud saya bukan itu, tapi untuk menunjukkan sesuatu padanya. Akhirnya setelah dia melihat jeruji yang telah dibuka itu, dia keluar dan sambil mengeong2, dia mengelus2kan badannya ke kaki saya, sepertinya itu tanda terima kasihnya pada saya. Saya jadi terharu... T.T

Namun karena anak2nya  masih terjebak, dia masuk kembali ke dalam dan sepertinya menyuruh anaknya untuk loncat keluar. Sayangnya, anak2nya masih terlalu kecil untuk loncat setinggi itu, akhirnya saya kembali memutar otak, bagaimana cara saya membantunya. Sang induk kucing (*bukan kucing cantik lagi) terus mengelus2 badannya ke saya, yang mungkin artinya tolong saya... Dia sepertinya berputar2 ke arah semak mencari ranting yang bisa dipakai untuk menarik anaknya. Saya juga melihat2 kemungkinan alat yang bisa digunakan. Namun permasalahannya adalah, anak kucing itu masih terlalu takut oleh keberadaan saya. Saya jadi tidak bisa berbuat apa2. Saya coba untuk menggendong mereka, tapi mereka selalu menjauh. Ya Allah, gimana cara bantunya...??? Yang saya khawatirkan, jika hujan datang sementara mereka belum bisa dikeluarkan, terbayang kan, kasihannya mereka? Sang induk pun tampak bingung, dia masuk lagi ke dalam selokan, berbaring disana. Saya pun bingung...

Tiba2 terpikir, bagaimana kalau saya coba posisikan jeruji ini seperti tangga supaya bisa dinaiki?  Lalu saya cobakan ide itu, dan sepertinya bisa. Namun lagi2 karena saya masih ada disana, mereka enggan mendekat. Saya lalu berpikir untuk pergi saja. Saya katakan pada induk kucing yang entah dia mengerti atau tidak, “meng,ini bisa jadi tangga, nanti coba naikkan anak kamu lewat sini ya? Aku pulang dulu ya...” Tidak puas hanya menyampaikan ke meng, saya pun minta pada Allah, semoga Allah memudahkan urusan ini, karena sekali lagi, hanya Allah Sang Maha Penolong.

Akhirnya dengan hati kurang puas, saya meninggalkan tempat tersebut. Udah jeng, pasrahin aja ke Allah, yang penting kan udah usaha... Ya, insyaAllah... Dadah meng...
.....

Saat perjalanan pulang di TraJa, saya mulai curiga dengan HP saya yang sejak kemarin tidak menerima satupun sms, padahal saya mengirim sms pada beberapa orang. Emang mereka pada sibuk apa? Ko kompak amat? Lantas saya coba restart HP saya, dan setelah itu benar saja, muncul notifikasi 10 message received, dan salah satunya ada sms dari om tentang lokasi acara pindah ke Bekasi. =____________= Subhanallah...

Lantas saya berpikir, bukankah ini skenario Allah? Allah ingin menguji kecintaan saya pada makhluknya yaitu seekor kucing melalui kejadian ini. Mungkin jika sms ini muncul sebelumnya saya tidak akan ‘nyasar’ mampir  ke masjid tersebut, dan mungkin jika acara tetap dilaksanakan di sana, saya tidak akan keluar masjid pada waktu induk kucing membutuhkan bantuan. Ini juga mungkin Allah skenariokan karena Allah tahu perasaan bersalah saya sebelumnya dan ingin menghibur hati saya. Jadi begini, beberapa hari sebelumnya, setelah shalat Subuh, saya perhatikan ke arah luar kamar kosan, ada seekor kucing jantan berwarna putih yang terbaring tidak normal. Saya pikir begitu, karena kucing biasanya jika berbaring tidur akan meringkukkan tubuhnya, namun kucing ini terus merenggangkan tubuhnya. Ini memang sering dilakukan kucing seperti halnya manusia ketika merenggangkan tubuhnya sehabis tidur, tapi tidak terus2an begitu kan? Kucing ini terus berposisi demikian, seperti tidak bergerak. Saya coba panggil, namun tidak bergeming, Ya Allah, apa dia sudah mati ya? Singkat cerita, saat kami akan berangkat ke kantor, saya coba dekati dia, karena sepertinya dia masih bernafas, sedikit bergerak. Teman2 saya bilang, emang lagi tidur kali jeng... Tapi ini berbeda, dia terus merenggangkan lehernya seolah menahan kesakitan. Saya panggil2, tidak juga bergeming, tapi sepertinya telinganya mendengar. Karena sudah hampir terlambat, saya tinggalkan dia, berharap semoga dia tidak apa2, karena saya pernah dengar, ketika kucing sakit, dia akan diam dan tidak makan, jadi mungkin ini yang sedang dia lakukan.

Saat saya pulang, mendekati pagar kosan, teman kamar saya bilang, ih, ko bau bangke ya jeng? Dan spontan saya berkata, ih, ko dia disitu??? melihat kucing tadi sudah mati tergeletak di depan kosan. Saya takut, kasihan, kaget, sedih, pokonya campur2. Saya ingin ada yang menguburkan dia dengan layak, tapi sekali lagi dengan ketakutan saya yang berlebihan, saya tidak berani mendekat sedikitpun ke arah dia. Sekedar untuk memastikan apa dia dikubur atau sekedar dibuang? Saya merasa membual mengenai kecintaan saya pada kucing. Oh, jadi kalo kucing kamu mati, kamu diemin gitu aja karena takut? Saya kesal pada diri sendiri. Tapi saya memohon pada Allah, semoga ada yang tergerak untuk menguburkan dia dengan cara yang benar...amin...

Allah memberi hikmah dengan skenario yang luar biasa indahnya. Bahkan sutradara top markotop pun tidak akan bisa menandingi. Begitu banyak pelajaran yang saya dapat dari rangkaian kejadian ini. Saya ingin membaginya insyaAllah karena saya ingin menyampaikan, ketika apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan, yakinlah ini karena ada skenario Allah yang lebih dahsyat yang sedang Allah eksekusi untuk kita, yang mungkin saja berpengaruh terhadap masa lalu yang kita sesali atau masa depan yang kita nantikan. Mintalah pada Allah agar setiap kejadian dalam hidup kita membawa hikmah yang terus membuat kita belajar tentang kehidupan. Sehingga kita dapat saling berbagi pada saudara2 kita yang lain... Bukankah itu indah?

Wallahu alam bishshawwabb...


Monday, January 21, 2013

Sharing Ilmu Seminar WGM (Will Get Married)...





Pertama-tama saya ingin mengucapkan bahwa catatan ini saya tujukan bagi seluruh akhwat yang sangat mendambakan pernikahan barokahnya, yang belum Allah takdirkan ikut mendapat materi dari seminar hebat ini, terutama pada adik angkat saya Irma Rachmawati (ini janji teteh de... ^^), saya sangat ingin berbagi meskipun mungkin hanya sedikit yang bisa saya tuliskan dibanding apa yang telah disampaikan. Tapi tak apa, semoga tidak mengurangi inti dari seminar ini.

Good Knowledge, Well Prepared, Happy Marriage, InsyaAllah...

Itu jargonnya. Yap, mantap bukan? Sekedar curhat, saya bela2in pulang ke Bandung demi menghadiri seminar ini, yang Alhamdulillah sangat bermanfaat bagi saya. Cieeee,,, yang bentar lagi nikah... Itu komentar beberapa orang yang saya beritahu bahwa saya akan menghadiri seminar ini. Weits, kata siapa??? Justru karena saya masih siap2 makanya datang ke acara ini (*kalau sebentar lagi mau nikah mah, siapin walimahannya... hehe). Becanda... Pernikahan itu kan proses, pelajarannya tidak akan ada habisnya, seperti layaknya kita hidup. Apa ada orang yang sudah jago dalam kehidupan? Tidak ada, karena setiap langkah kehidupan pasti kita dituntut untuk terus mempelajarinya. Kan kata pepatah Cina -> Belajar sepanjang hayat, hingga akhir hayat (*bener ga tuh kata2nya? hehehe). Jadi alasan kenapa saya datang, karena saya ingin mempersiapkan pernikahan saya kelak yang entah kapan Allah takdirkan, agar pernikahan ini kelak saya jadikan sebagai jalan untuk bersama2 menggapai ridhaNya, bukan menjadi tujuan akhir.
Selesai dengan curhat saya, kita kembali ke topik awal, “isi seminarnya apa aja tuh???”

Ada 4 sesi:

  1. Proses Berkah untuk Pernikahan Berkah oleh  Pasangan Suami Istri Teh Meli dan Kang Tora
  2. Fiqh Pernikahan oleh Ustadz Jalaluddin
  3. Mengenal Diri dan Calon Pasangan oleh Profesor Tuti dan Ustadz Darlis Fajar
  4. Kristalisasi Materi dan Renungan

Teh Meli dan Kang Tora adalah sepasang suami istri yang sama-sama seorang da’i dan sudah beberapa kali menulis buku, salah satunya adalah Ajari Aku Cinta yang mereka berdua berduet dalam menuliskannya (so sweet... ^^). Mereka berdua mengisi materi sesi pertama ini, padahal Teh Meli baru saja melahirkan anak keduanya secara caesar 14hari yang lalu! Subhanallah. Mereka membawa bayinya ke atas panggung, bisa dibayangkan jika bayi itu tahu betapa bangganya dia di usianya yang masih 14hari itu, dia sudah dapat mengecap panggung  acara yang ditonton oleh lebih dari 100orang itu. Itulah pentingnya menjadi pasangan yang hebat.

Seperti yang sudah kita ketahui ayat terkenal mengenai pernikahan adalah:

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. 51:49)
Dan...
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS. 36:36)

Kata2 berpasang2an ini pasti yang sudah mencantol di kepala kita adalah mengenai antara suami istri, ikhwan dan akhwat. Yap, benar... tapi bukan sekedar itu. Sebenarnya seluruh ciptaan Allah di muka bumi ini, pasti memiliki pasangannya dan itu adalah ‘lawan jenis’nya. Proton dan elektron, materi dan non-materi, dan seperti di atas: laki2 dan perempuan. Mengapa dipasangkan ya? Padahal jika kita perhatikan, kedua makhluk Allah ini memiliki kecenderungan karakter yang sangat berbeda. Seperti yang disampaikan pada Sesi II oleh Bu Profesor Tuti (Guru Besar FK Unpad), laki2 dan perempuan memiliki karakter alami yang sebenarnya sangat bertolak belakang, misal saja laki2 cenderung berbadan kekar, menggunakan logika, fokus pada 1hal, never remember, dll, sementara perempuan cenderung berlemak dan lembut (katanya karena memang ditakdirkan untuk menggendong bayi dan mengurusnya... hihi...), menggunakan perasaan, bisa melakukan banyak hal dalam 1waktu, never forget, dll. Bagaiman bisa 2insan yang bertolak belakang itu disatukan? Ada seorang akhwat yang mengatakan, “pokonya aku mau cari suami yang sifatnya sama dengan aku, biar ga ribet...dan ternyata itu sulit! Mengapa? Karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Dan berpasangan bukan berarti harus SAMA, tapi SELARAS dan SERASI. Jadi ketika kita mendapatkan pasangan yang ternyata berbeda dari kita, itu berarti Allah sedang memperlihatkan kita pelajaran lain dari kehidupan, bahwa segala sesuatunya tidak selalu sesuai dengan diri kita. Maka bersiaplah...

Mungkin ketika di awal2 pertemuan dengan si Do’i, beliau nampak begitu sesuai dengan harapan kita. Tampan, mapan, shaleh, sabar, pengertian, perhatian, dll. Namun kita tentu tidak boleh terperangkap dulu sampai akhirnya kita merasakan sendiri hidup dengannya. Karena walau bagaimanapun, kehidupan sebelum pernikahan adalah menipu, dan setelah pernikahan adalah realita. Semua dapat berubah begitu saja bahkan sampai 1800. Namun semoga kita tergolong yang bisa mendapatkan yang terbaik sejak awal hingga akhir hayat kita, amin...

Berpura2 baik bisa memikat banyak hati wanita, namun itu tidak akan bisa menjaga kesetiaannya pada wanitanya” [Kang Tora]

Maka kita sebagai wanita harus berhati2 dalam memilih calon pasangan. Jangan sedikit diperhatikan olehnya langsung ketagihan untuk diperhatikan kembali. Karena itu bisa jadi berbahaya juga bagi kita. Mengapa?

Orang yang selalu ingin diperhatikan, akan sulit untuk memperhatikan orang lain. [Kang Tora]

Sudah ditipu oleh kebaikan yang semu, membuat diri jadi selalu ingin diperhatikan tanpa memperhatikan yang lain pula. Bagaimana bisa menjadi pendidik anak2 kita kelak?

Maka carilah pasangan yang nampak komitmennya sejak awal pengakuannya pada ayah kita saat melamar kita. Yang menyatakan kesiapannya untuk membahagiakan kita dalam keluarga sakinah mawaddah warahmah. Bukan yang meminta untuk sengsara bersama.

Memilih pasangan yang baik adalah yang SIAP dan MAMPU, bukan MAU” [Kang Tora]

Iya,memangnya saat sudah tak ada uang, kita bisa membeli makan dengan cinta? Membeli susu anak kita dengan cinta? Tentu tidak. Namun bukan berarti ini menjadikan kita matrealistis. Oke,bolehlah kita sengsara di tahun pertama, tapi tahun berikutnya jangan dong, harus ada peningkatan... ya, setidaknya jika beliau mau memenuhi itu meski saat ini tak memiliki banyak hal ditambah keimanannya pada Allah SWT tak diragukan, terimalah. Jadilah partner yang sama2 berjuang membangun keluarga dari nol. Yang menyokongnya di kala lelah, yang menyemangatinya di kala futur, seperti yang Siti Khadijah lakukan pada Rasulullah SAW di tengah ujian dakwah yang terus menimpanya. Itu yang membuat Siti Khadijah menjadi tak tergantikan oleh istri2 lainnya, karena Rasulullah SAW begitu mencintai dan membanggakannya.
Jadi semakin ingin menikah...??? Hmmm,,, jadi galau...

STOP! Pernikahan itu bukan untuk digalaukan, tapi untuk dipersiapkan.

Ikhwan siap untuk menjadi pemimpin, imam bagi keluarganya kelak. Akhwat siap untuk menerima intervensi dari orang yang bernama suaminya itu. Terutama untuk ikhwan juga siap untuk berlelah2 dalam mencari nafkah, karena dari sana Allah SWT membuka kesempatan untuk mengampuni dosa yang terampunkan kecuali oleh berlelah2 dalam mencari nafkah tersebut. Selain itu juga siap untuk memenuhi diri dengan cinta yang halal bersamanya, karena “jangan mengaku beriman jika diri  tidak dipenuhi dengan cinta”. Latihlah untuk memenuhi cinta mulai dari pada Ibu Bapak kita. Jangan kita hanya berniat mesra pada pasangan kita, namun kita tak pernah melakukanya pada Ibu Ayah kita. Apa tak malu, yang membuat kita mengenal dunia ini kan orang tuan kita, lalu mana tanda cinta dan balas budi kita pada mereka? Yap, sebelum jodoh kita datang menjemput, maksimalkan telebih dahulu cinta kita pada 2malaikat yang sangat mencintai kita. Sehingga sampai akhirnya kita merasakan posisi sebagai orang tua, Allah SWT akan menanamkan cinta pada hati anak2 kita. Bukankah itu indah, cinta tiada akhir???

Tentu kita ingin membangun keluarga yang penuh dengan cinta di dalamnya. Namun kita pun perlu berhati2 bahwa tidak semua keluarga yang terbentuk adalah seperti yang kita harapkan, karena ada 3tipe keluarga, yaitu:

  1. Keluarga yang semua anggotanya membangkang pada Allah SWT. (Abu Lahab dan Keluarga)
  2. Keluarga yang sebagian membangkang, sebagian beriman pada Allah SWT. (Keluarga Nabi Nuh dan Keluarga Nabi Luth)
  3. Keluarga yang seluruhnya beriman pada Allah SWT. (Keluarga Nabi Ibrahim dan Keluarga Nabi Muhammad SAW.)

Semoga kita termasuk pada keluarga tipe 3, sekarang dan selamanya, amin... Maka untuk menggapai itu, kita perlu memperhatikan beberapa aspek berikut:
  1. Bagaimana visi pernikahan kita? Itu pentingnya untuk menyamakan tujuan pernikahan kita, atau sederhananya “ingin menjadi keluarga yang seperti apa???
  2. Kenali diri sendiri yang adalah sebagai Muslim, sehingga dengan kesadaran tersebut, kita akan mengambil contoh2 dari idola kita, yaitu Choi Shiwon... Loh???
    Ini nih yang seringkali salah, kita lebih mengidolakan yang seperti ini dibanding dengan role model kita Rasulullah SAW (*curhat). Padahal beliau sudah Allah utus menjadi sebaik2 contoh bagi umat Muslim, maka ketika ada problematika ya kita coba cari dari kisah2 Rasul dan para shahabat.
  3. Persiapkan kemampuan secara finansial.
  4. Kita sebagai wanita harus ingat alur keberbaktian dalam keluarga yaitu, seorang suami adalah milik ibunya, dan seorang istri adalah milik suaminya. Sehingga sebagai seorang istri kita harus bisa mendukung suami untuk berbakti  pada orang tuanya. Dan kita harus mempersiapkan untuk tidak lagi diatur oleh keluarga orang tuan kita, tapi oleh keluarga yang kita bangun dengan seorang imam yaitu suami kita.

Ya, sekian dulu dari apa yang otak saya bisa pikirkan untuk saya tuliskan kembali. Semoga bermanfaat bagi para pencari cinta (PPC) yang sedang menantikan pangeran berkudanya datang menjemputnya atau bagi yang sudah dijemput olehnya.
Wallahu’alam bishshawwab...