Akhwat's Laman

Sunday, February 3, 2013

Hikmah yang Indah...

Ahad, 27 Januari 2013, saya mendapat undangan acara pengajian bersama saudara2 saya di salah satu Masjid di Jakarta Timur. Dari sms yang dikirim om saya, acara mulai pukul 09.00WIB. “wah, bisa telat ini...”. Saya berpikir demikian karena posisi kosan saya yang berada di daerah Jakarta Selatan, perlu menggunakan transportasi TraJa 1x transit + angkot. Sebenarnya ini tidak masalah, karena yang seringkali menjadi masalah adalah SEMANGAT dari dalam diri sendiri. Yup, saya akui, saya memang sering terlambat karena seringkali menunda2 untuk bersiap2. Namun karena saya teringat perkataan seorang Aa yang saya hormati,
“Kita, kalau mau liburan, siap2nya dari jauh2 hari. Kalau datang pengajian aja, datangnya pas2an, ya pas2an persiapan, pas2an  telatnya lagi, ga ada persiapan yang berarti”,
saya jadi tersindir dan bertekad untuk datang lebih pagi, atau minimal tepat waktu seperti yang telah dijanjikan. Ini lebih menantang (*biar gaya), karena biasanya acara dimulai pukul 10.00WIB, dan saya yakin, mungkin dikatakan mulai pukul 09.00 itu hanya untuk mengantisipasi keterlambatan yang sering saya lakukan. Saya bisa saja tidak tepat datang pukul 09.00, tapi saya ingin membuktikan bahwa saya datang dengan persiapan dan kesungguhan ingin mendapat ilmu secara keseluruhan. Akhirnya dengan perjuangan ¼ mati (*biar lebay aja sih), saya berhasil meninggalkan kenyamanan di kosan pukul 08.00WIB (yang biasanya saya masih bermalas2an di kamar). Saya berangkat dengan semangat 45 dan yakin saya hadir di jajaran TOP3 paling awal.

Subhanallah, saya mendapatkan TraJa dengan mudahnya dan TraJa yang saya naiki melaju dengan lancarnya (karena jalanan pada pagi itu masih lenggang). Saya sampai bisa bersantai di kursi TraJa yang paling nyaman, haha. Saya sampai di halte akhir pukul 9 kurang. Saya yakin, saya bisa datang tepat waktu. Langsung saya naik angkot, dan akhirnya saya sampai di tempat tujuan. Ketika saya datang, loh gerbangnya tutup... Tapi alhamdulillah ada jalan kecil untuk orang masuk. Masjid itu biasanya ramai orang karena sering digelar resepsi pernikahan. Namun ini pertama kalinya saya datang kesana dengan keadaan tidak ada resepsi, suasana jadi begitu hening. Baguslah, jadi bisa lebih khusyuk menimba ilmunya, hehehe. Saya datang ke tempat biasa kumpul. Namun ternyata belum ada siapa2. Hmmm... Akhirnya saya bahkan menjadi TOP1 pendatang paling awal, YEAH!!! ^^ Namun karena benar2 sepi, saya jadi khawatir juga, lalu saya sms tante saya, menanyakan posisi mereka.

Tiba2 HP saya berbunyi, ada telepon masuk, nomor tak dikenal, tapi sepertinya ini dari om. Lalu saya angkat.
“ajeng, posisi dimana sekarang?”
“udah di masjid om, om dimana?”
“loh, sms terakhir saya ga nyampe ya?”
“emang apa om?”
“saya kirim sms, acara kita jadinya di Bekasi...”
“loh, kata om X di Masjid ini?”
“kayanya miskomunikasi ya... awalnya memang di Masjid, tapi karena satu dan lain hal, saya pindahkan ke Bekasi, saya sudah sms ajeng kalo ga salah sabtu kemarin... ajeng udah lama nunggu?”
“oh, gitu ya om... ga ko, baru2 nyampe juga...” (*nada kecewa !_!)
“kayanya kalo ke sini ga akan sempet ya?”
“bisa sih om, cuma mungkin pas udah selesai acaranya...haha” (*nada tertawa pahit)
“oh yaudah, pekan ini ajeng ga ikut dulu aja... gapapa kan? Afwan ya. Mau langsung pulang?”
“oh yaudah om, gapapa. Palingan mau belanja dulu sih...”
“oke deh. Sekali lagi afwan ya jeng, hati2 di jalan... Jazakillah udah dateng... ”
“oh iya om...”
“Assalamu’alaikum...”
“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh...”
.....

Hhh, ternyata ga jadi... Tapi untuk menenangkan hati, karena saya belum tilawah pagi ini, saya langsung tilawah dulu barang beberapa lembar, lumayan sambil menikmati semilir angin yang berhembus di sana... (*soalnya cape juga sih, hareudang tea... ^^). Saya perhatikan jam, baru menunjukkan pukul 10.00 WIB an. Yah, karena memang ada beberapa yang perlu dibeli, saya berencana mampir dulu ke salah satu supermarket terdekat di daerah sana.

Saat saya beranjak keluar dari masjid dan memakai sepatu, tiba2 terdengar suara kucing seperti memanggil2 meminta tolong. Secara otomatis, naluri pecinta kucing saya tergerak, darimana suara ini muncul. Dan ketika saya melangkah lebih jauh, ternyata ada seekor kucing cantik betina berwarna putih bersih terjebak di selokan kering yang di atasnya dipasang jeruji, sehingga dia tidak bisa keluar dari sana. Dia mengeong seperti memelas meminta tolong saat melihat saya. Tadinya saya mau berlalu begitu saja, tapi saya jadi tergerak karena penasaran, mengapa kucing ini tidak bisa keluar, darimana dia masuk? Saya jadi bingung sendiri.



Yang membuat saya makin merasa harus menolong adalah, karena di belakang kucing cantik itu, ada 2 ekor anak kucing yang masih kecil berwarna loreng abu2. Saya yakin itu anak2nya. Maka dari itu saya coba cari celah yang memungkinkan dia masuk kesana. Rute selokan itu membentuk persegi panjang, setelah saya telusuri, tidak ada celah yang memungkinkan dia masuk. Tapi memang dari beberapa sisi selokan, terdapat lubang yang mungkin menghubungkan ke selokan lainnya. Oh, mungkin dari sini dia masuk... Tapi saya berpikir, darimana saya tahu muara lubang itu...??? =___=

Saya langsung berpikir, mungkin saja ada salah satu jeruji selokan ini yang bisa saya angkat untuk mengeluarkan mereka. Saya lalu cari2 dan ada salah satu bagian jeruji yang bisa saya angkat. Alhamdulillah... Oh iya, sekedar curhat, sebelum akhirnya saya menemukan jeruji yang bisa diangkat itu, saya lihat ada kucing lain yang sedang bersantai diatas jeruji selokan itu, kucing jantan berwarna abu2. Hmmm, sepertinya ini ayah dari 2anak kucing malang ini. Dan saya perhatikan, mendengar suara kucing lain, dia hanya duduk bersantai tanpa peduli ada kucing lain yang sedang membutuhkan pertolongan. Dasar kucing jantan, giliran betinanya butuh bantuan aja, ga peduli gitu! (Hehehe, duh jeng, namanya juga kucing...).

Setelah saya coba angkat jerujinya, saya coba panggil kucing cantik itu menuju tempat dia bisa keluar. Saya gunakan trik seperti ingin memberi makan. Tapi sepertinya dia paham bahwa maksud saya bukan itu, tapi untuk menunjukkan sesuatu padanya. Akhirnya setelah dia melihat jeruji yang telah dibuka itu, dia keluar dan sambil mengeong2, dia mengelus2kan badannya ke kaki saya, sepertinya itu tanda terima kasihnya pada saya. Saya jadi terharu... T.T

Namun karena anak2nya  masih terjebak, dia masuk kembali ke dalam dan sepertinya menyuruh anaknya untuk loncat keluar. Sayangnya, anak2nya masih terlalu kecil untuk loncat setinggi itu, akhirnya saya kembali memutar otak, bagaimana cara saya membantunya. Sang induk kucing (*bukan kucing cantik lagi) terus mengelus2 badannya ke saya, yang mungkin artinya tolong saya... Dia sepertinya berputar2 ke arah semak mencari ranting yang bisa dipakai untuk menarik anaknya. Saya juga melihat2 kemungkinan alat yang bisa digunakan. Namun permasalahannya adalah, anak kucing itu masih terlalu takut oleh keberadaan saya. Saya jadi tidak bisa berbuat apa2. Saya coba untuk menggendong mereka, tapi mereka selalu menjauh. Ya Allah, gimana cara bantunya...??? Yang saya khawatirkan, jika hujan datang sementara mereka belum bisa dikeluarkan, terbayang kan, kasihannya mereka? Sang induk pun tampak bingung, dia masuk lagi ke dalam selokan, berbaring disana. Saya pun bingung...

Tiba2 terpikir, bagaimana kalau saya coba posisikan jeruji ini seperti tangga supaya bisa dinaiki?  Lalu saya cobakan ide itu, dan sepertinya bisa. Namun lagi2 karena saya masih ada disana, mereka enggan mendekat. Saya lalu berpikir untuk pergi saja. Saya katakan pada induk kucing yang entah dia mengerti atau tidak, “meng,ini bisa jadi tangga, nanti coba naikkan anak kamu lewat sini ya? Aku pulang dulu ya...” Tidak puas hanya menyampaikan ke meng, saya pun minta pada Allah, semoga Allah memudahkan urusan ini, karena sekali lagi, hanya Allah Sang Maha Penolong.

Akhirnya dengan hati kurang puas, saya meninggalkan tempat tersebut. Udah jeng, pasrahin aja ke Allah, yang penting kan udah usaha... Ya, insyaAllah... Dadah meng...
.....

Saat perjalanan pulang di TraJa, saya mulai curiga dengan HP saya yang sejak kemarin tidak menerima satupun sms, padahal saya mengirim sms pada beberapa orang. Emang mereka pada sibuk apa? Ko kompak amat? Lantas saya coba restart HP saya, dan setelah itu benar saja, muncul notifikasi 10 message received, dan salah satunya ada sms dari om tentang lokasi acara pindah ke Bekasi. =____________= Subhanallah...

Lantas saya berpikir, bukankah ini skenario Allah? Allah ingin menguji kecintaan saya pada makhluknya yaitu seekor kucing melalui kejadian ini. Mungkin jika sms ini muncul sebelumnya saya tidak akan ‘nyasar’ mampir  ke masjid tersebut, dan mungkin jika acara tetap dilaksanakan di sana, saya tidak akan keluar masjid pada waktu induk kucing membutuhkan bantuan. Ini juga mungkin Allah skenariokan karena Allah tahu perasaan bersalah saya sebelumnya dan ingin menghibur hati saya. Jadi begini, beberapa hari sebelumnya, setelah shalat Subuh, saya perhatikan ke arah luar kamar kosan, ada seekor kucing jantan berwarna putih yang terbaring tidak normal. Saya pikir begitu, karena kucing biasanya jika berbaring tidur akan meringkukkan tubuhnya, namun kucing ini terus merenggangkan tubuhnya. Ini memang sering dilakukan kucing seperti halnya manusia ketika merenggangkan tubuhnya sehabis tidur, tapi tidak terus2an begitu kan? Kucing ini terus berposisi demikian, seperti tidak bergerak. Saya coba panggil, namun tidak bergeming, Ya Allah, apa dia sudah mati ya? Singkat cerita, saat kami akan berangkat ke kantor, saya coba dekati dia, karena sepertinya dia masih bernafas, sedikit bergerak. Teman2 saya bilang, emang lagi tidur kali jeng... Tapi ini berbeda, dia terus merenggangkan lehernya seolah menahan kesakitan. Saya panggil2, tidak juga bergeming, tapi sepertinya telinganya mendengar. Karena sudah hampir terlambat, saya tinggalkan dia, berharap semoga dia tidak apa2, karena saya pernah dengar, ketika kucing sakit, dia akan diam dan tidak makan, jadi mungkin ini yang sedang dia lakukan.

Saat saya pulang, mendekati pagar kosan, teman kamar saya bilang, ih, ko bau bangke ya jeng? Dan spontan saya berkata, ih, ko dia disitu??? melihat kucing tadi sudah mati tergeletak di depan kosan. Saya takut, kasihan, kaget, sedih, pokonya campur2. Saya ingin ada yang menguburkan dia dengan layak, tapi sekali lagi dengan ketakutan saya yang berlebihan, saya tidak berani mendekat sedikitpun ke arah dia. Sekedar untuk memastikan apa dia dikubur atau sekedar dibuang? Saya merasa membual mengenai kecintaan saya pada kucing. Oh, jadi kalo kucing kamu mati, kamu diemin gitu aja karena takut? Saya kesal pada diri sendiri. Tapi saya memohon pada Allah, semoga ada yang tergerak untuk menguburkan dia dengan cara yang benar...amin...

Allah memberi hikmah dengan skenario yang luar biasa indahnya. Bahkan sutradara top markotop pun tidak akan bisa menandingi. Begitu banyak pelajaran yang saya dapat dari rangkaian kejadian ini. Saya ingin membaginya insyaAllah karena saya ingin menyampaikan, ketika apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan, yakinlah ini karena ada skenario Allah yang lebih dahsyat yang sedang Allah eksekusi untuk kita, yang mungkin saja berpengaruh terhadap masa lalu yang kita sesali atau masa depan yang kita nantikan. Mintalah pada Allah agar setiap kejadian dalam hidup kita membawa hikmah yang terus membuat kita belajar tentang kehidupan. Sehingga kita dapat saling berbagi pada saudara2 kita yang lain... Bukankah itu indah?

Wallahu alam bishshawwabb...