Burung Perkutut Pelipur Laraku |
Mungkin, awal mendengar ini akan terasa menggelikan, karena jujur saja saya baru sedikit tahu apa sebenarnya yang ingin Allah sampaikan melalui pengalaman saya ini...
Pada hari itu, entah mengapa saya merasa begitu sedih, namun apa yang bisa saya lakukan bukanlah menangis, tapi justru sedikit sensitif terhadap orang lain (mohon maaf untuk yang tersakiti oleh perilaku saya pada waktu itu). Saya bingung mencari-cari apa yang sebenarnya terjadi pada diri saya, karena di dalam hati saya merasa sakit, seperti ada yang harus dikeluarkan.
Lalu saya ke balkon tempat peliharaan keluarga kami, seekor burung perkutut bertengger dalam kandangnya. Saya pun bingung, terkadang ketika saya sedih, saya sering tertarik untuk menghampirinya, sekedar 'mengajaknya bicara' kadang dengan bahasa manusia, kadang dengan siulan burung. Hampir setiap saat saya menghampirinya, dia selalu langsung bergerak mendekati ke arah saya, karena setiap saya berada dekatnya, misal saat menjemur atau sekedar melihat ke arah luar, saya tersenyum padanya dan bertanya layaknya pada adik kecil, misal "kamu lapar?" atau "ada apa?". Kadang saya merasa bodoh juga, karena tak tahu apakah dia memahami perkataan saya atau tidak, hehe.
Tapi pada kali itu, saya merasakan sesuatu yang aneh, karena kala itu saya merasa sedih, lantas saya hanya memandangi dia saja tanpa mengajaknya berbicara. Namun yang saya kaget adalah dia terlihat mendekati saya dengan tampak sedikit uring-uringan ke sana kemari dan bersiul ke arah saya. Dan entah ada tarikan apa, tiba-tiba saja air mata saya keluar dan langsung meledak. Saya mencintai peliharaan saya itu... Itu yang tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya. Dia tampak mengerti dengan keadaan saya dan berusaha untuk menghibur saya (setidaknya itu yang ada dalam pikiran saya).
Setelah itu adzan Zuhur pun berkumandang dan saya pun langsung mengambil air wudlu untuk shalat. Ketika shalat, saya merasa tidak kuat ingin menangis, meski belum begitu tahu apa yang saya tangisi, sang burung perkutut kah? Setelah shalat pun, saya merenung dan menangisi perasaan yang selama ini bergumul dalam hati. Dan akhirnya saya mendapatkan beberapa jawaban atas kegundahan yang saya rasakan, mengalir begitu saja. Satu persatu seperti Allah tunjukkan pada saya mengenai apa yang menjadi penyebab saya merasa begitu sedih.
Setelah begitu lama saya menangis, saya mencoba untuk menenangkan diri dan mencari apa kaitannya dengan pertemuan saya dengan peliharaan saya itu? Masih cukup membingungkan, tapi satu hal yang ada dalam pikiran saya adalah, mungkinkan ketika saya men-judge betapa hinanya diri saya sendiri, burung perkutut kami justru akan tetap menghibur kegundahan saya dan mengatakan "ajeng, jangan bersedih..."(setidaknya itu yang saya rasakan).
Seringkali kita tidak memperhatikan bagaimana perasaan hewan-hewan di sekitar kita, karena yang kita pikir mungkin mereka hanya makhluk hidup yang tak punya pikiran dan hati. Tapi, bukankan kita bisa banyak belajar dari perilaku mereka, misal semut dan kawanannya yang selalu saling bekerja sama untuk satu tujuan, singa yang seganas apapun tetap tidak tega memakan anaknya sendiri, dan kali ini burung perkutut yang secara tidak sadar siulannya memberikan warna di setiap harinya yang berarti dengan segala keterbatasannya berada dalam kandang, dia tetap berusaha memberi manfaatnya yaitu berupa suaranya yang indah... Sementara kita manusia, seberapa hebatnya kita sampai tega memandang rendah hewan-hewan di sekitar kita? Bahkan Rasulullah SAW pun begitu mencintai hewan kucing.
Semoga kita bisa memetik lebih banyak hikmah lagi dari mereka... amin...
No comments:
Post a Comment