Pertama-tama
saya ingin mengucapkan bahwa catatan ini saya tujukan bagi seluruh akhwat yang
sangat mendambakan pernikahan barokahnya, yang belum Allah takdirkan ikut
mendapat materi dari seminar hebat ini, terutama pada adik angkat saya Irma
Rachmawati (ini janji teteh de... ^^), saya sangat ingin berbagi meskipun
mungkin hanya sedikit yang bisa saya tuliskan dibanding apa yang telah
disampaikan. Tapi tak apa, semoga tidak mengurangi inti dari seminar ini.
Good
Knowledge, Well Prepared, Happy Marriage, InsyaAllah...
Itu
jargonnya. Yap, mantap bukan? Sekedar curhat, saya bela2in pulang ke Bandung
demi menghadiri seminar ini, yang Alhamdulillah sangat bermanfaat bagi
saya. Cieeee,,, yang bentar lagi nikah... Itu komentar
beberapa orang yang saya beritahu bahwa saya akan menghadiri seminar ini.
Weits, kata siapa??? Justru karena saya masih siap2 makanya datang ke acara ini
(*kalau sebentar lagi mau nikah mah, siapin walimahannya... hehe). Becanda...
Pernikahan itu kan proses, pelajarannya tidak akan ada habisnya, seperti
layaknya kita hidup. Apa ada orang yang sudah jago dalam kehidupan? Tidak ada,
karena setiap langkah kehidupan pasti kita dituntut untuk terus mempelajarinya.
Kan kata pepatah Cina -> Belajar sepanjang hayat, hingga
akhir hayat (*bener ga tuh kata2nya? hehehe). Jadi alasan kenapa
saya datang, karena saya ingin mempersiapkan pernikahan saya kelak yang entah
kapan Allah takdirkan, agar pernikahan ini kelak saya jadikan sebagai jalan untuk
bersama2 menggapai ridhaNya, bukan menjadi tujuan akhir.
Selesai
dengan curhat saya, kita kembali ke topik awal, “isi seminarnya
apa aja tuh???”
Ada 4 sesi:
- Proses Berkah untuk Pernikahan Berkah oleh Pasangan Suami Istri Teh Meli dan Kang Tora
- Fiqh Pernikahan oleh Ustadz Jalaluddin
- Mengenal Diri dan Calon Pasangan oleh Profesor Tuti dan Ustadz Darlis Fajar
- Kristalisasi Materi dan Renungan
Teh
Meli dan Kang Tora adalah sepasang suami istri yang sama-sama seorang da’i dan
sudah beberapa kali menulis buku, salah satunya adalah Ajari Aku
Cinta yang mereka berdua berduet dalam menuliskannya (so sweet...
^^). Mereka berdua mengisi materi sesi pertama ini, padahal Teh Meli baru saja
melahirkan anak keduanya secara caesar 14hari yang lalu!
Subhanallah. Mereka membawa bayinya ke atas panggung, bisa dibayangkan jika
bayi itu tahu betapa bangganya dia di usianya yang masih 14hari itu, dia sudah
dapat mengecap panggung acara yang ditonton oleh lebih dari 100orang itu.
Itulah pentingnya menjadi pasangan yang hebat.
Seperti
yang sudah kita ketahui ayat terkenal mengenai pernikahan adalah:
“Dan
segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran
Allah.” (QS.
51:49)
Dan...
“Maha
Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui.” (QS.
36:36)
Kata2 berpasang2an ini
pasti yang sudah mencantol di kepala kita adalah mengenai antara suami istri,
ikhwan dan akhwat. Yap, benar... tapi bukan sekedar itu. Sebenarnya seluruh
ciptaan Allah di muka bumi ini, pasti memiliki pasangannya dan itu adalah
‘lawan jenis’nya. Proton dan elektron, materi dan non-materi, dan seperti di
atas: laki2 dan perempuan. Mengapa dipasangkan ya? Padahal jika kita
perhatikan, kedua makhluk Allah ini memiliki kecenderungan karakter yang sangat
berbeda. Seperti yang disampaikan pada Sesi II oleh Bu Profesor Tuti (Guru
Besar FK Unpad), laki2 dan perempuan memiliki karakter alami yang sebenarnya
sangat bertolak belakang, misal saja laki2 cenderung berbadan kekar,
menggunakan logika, fokus pada 1hal, never remember, dll, sementara
perempuan cenderung berlemak dan lembut (katanya karena memang ditakdirkan
untuk menggendong bayi dan mengurusnya... hihi...), menggunakan perasaan, bisa
melakukan banyak hal dalam 1waktu, never forget, dll. Bagaiman bisa 2insan yang
bertolak belakang itu disatukan? Ada seorang akhwat yang mengatakan, “pokonya
aku mau cari suami yang sifatnya sama dengan aku, biar ga ribet...”, dan
ternyata itu sulit! Mengapa? Karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan,
bukan yang kita inginkan. Dan berpasangan bukan berarti harus SAMA, tapi
SELARAS dan SERASI. Jadi ketika kita mendapatkan pasangan yang ternyata berbeda
dari kita, itu berarti Allah sedang memperlihatkan kita pelajaran lain dari
kehidupan, bahwa segala sesuatunya tidak selalu sesuai dengan diri kita. Maka
bersiaplah...
Mungkin
ketika di awal2 pertemuan dengan si Do’i, beliau nampak begitu sesuai dengan
harapan kita. Tampan, mapan, shaleh, sabar, pengertian, perhatian, dll. Namun
kita tentu tidak boleh terperangkap dulu sampai akhirnya kita merasakan sendiri
hidup dengannya. Karena walau bagaimanapun, kehidupan sebelum pernikahan adalah
menipu, dan setelah pernikahan adalah realita. Semua dapat berubah begitu saja
bahkan sampai 1800. Namun semoga kita tergolong yang bisa
mendapatkan yang terbaik sejak awal hingga akhir hayat kita, amin...
“Berpura2 baik bisa
memikat banyak hati wanita, namun itu tidak akan bisa menjaga kesetiaannya pada
wanitanya” [Kang Tora]
Maka
kita sebagai wanita harus berhati2 dalam memilih calon pasangan. Jangan sedikit
diperhatikan olehnya langsung ketagihan untuk diperhatikan kembali. Karena itu
bisa jadi berbahaya juga bagi kita. Mengapa?
“Orang
yang selalu ingin diperhatikan, akan sulit untuk memperhatikan orang lain.” [Kang
Tora]
Sudah
ditipu oleh kebaikan yang semu, membuat diri jadi selalu ingin diperhatikan
tanpa memperhatikan yang lain pula. Bagaimana bisa menjadi pendidik anak2 kita
kelak?
Maka
carilah pasangan yang nampak komitmennya sejak awal pengakuannya pada ayah kita
saat melamar kita. Yang menyatakan kesiapannya untuk membahagiakan kita dalam
keluarga sakinah mawaddah warahmah. Bukan yang meminta untuk sengsara bersama.
“Memilih
pasangan yang baik adalah yang SIAP dan MAMPU, bukan MAU”
[Kang Tora]
Iya,memangnya
saat sudah tak ada uang, kita bisa membeli makan dengan cinta? Membeli susu
anak kita dengan cinta? Tentu tidak. Namun bukan berarti ini menjadikan kita
matrealistis. Oke,bolehlah kita sengsara di tahun pertama, tapi tahun
berikutnya jangan dong, harus ada peningkatan... ya, setidaknya jika
beliau mau memenuhi itu meski saat ini tak memiliki banyak hal ditambah
keimanannya pada Allah SWT tak diragukan, terimalah. Jadilah partner yang sama2
berjuang membangun keluarga dari nol. Yang menyokongnya di kala lelah, yang
menyemangatinya di kala futur, seperti yang Siti Khadijah lakukan pada
Rasulullah SAW di tengah ujian dakwah yang terus menimpanya. Itu yang membuat
Siti Khadijah menjadi tak tergantikan oleh istri2 lainnya, karena Rasulullah
SAW begitu mencintai dan membanggakannya.
Jadi
semakin ingin menikah...??? Hmmm,,, jadi galau...
STOP! Pernikahan
itu bukan untuk digalaukan, tapi untuk dipersiapkan.
Ikhwan
siap untuk menjadi pemimpin, imam bagi keluarganya kelak. Akhwat siap untuk
menerima intervensi dari orang yang bernama suaminya itu. Terutama untuk ikhwan
juga siap untuk berlelah2 dalam mencari nafkah, karena dari sana Allah SWT
membuka kesempatan untuk mengampuni dosa yang terampunkan kecuali oleh
berlelah2 dalam mencari nafkah tersebut. Selain itu juga siap untuk memenuhi
diri dengan cinta yang halal bersamanya, karena “jangan mengaku beriman
jika diri tidak dipenuhi dengan cinta”. Latihlah untuk
memenuhi cinta mulai dari pada Ibu Bapak kita. Jangan kita hanya berniat mesra
pada pasangan kita, namun kita tak pernah melakukanya pada Ibu Ayah kita. Apa
tak malu, yang membuat kita mengenal dunia ini kan orang tuan kita, lalu mana
tanda cinta dan balas budi kita pada mereka? Yap, sebelum jodoh kita datang
menjemput, maksimalkan telebih dahulu cinta kita pada 2malaikat yang sangat
mencintai kita. Sehingga sampai akhirnya kita merasakan posisi sebagai orang
tua, Allah SWT akan menanamkan cinta pada hati anak2 kita. Bukankah itu indah,
cinta tiada akhir???
Tentu
kita ingin membangun keluarga yang penuh dengan cinta di dalamnya. Namun kita
pun perlu berhati2 bahwa tidak semua keluarga yang terbentuk adalah seperti
yang kita harapkan, karena ada 3tipe keluarga, yaitu:
- Keluarga yang semua anggotanya membangkang pada Allah SWT. (Abu Lahab dan Keluarga)
- Keluarga yang sebagian membangkang, sebagian beriman pada Allah SWT. (Keluarga Nabi Nuh dan Keluarga Nabi Luth)
- Keluarga yang seluruhnya beriman pada Allah SWT. (Keluarga Nabi Ibrahim dan Keluarga Nabi Muhammad SAW.)
Semoga
kita termasuk pada keluarga tipe 3, sekarang dan selamanya, amin... Maka untuk
menggapai itu, kita perlu memperhatikan beberapa aspek berikut:
- Bagaimana visi pernikahan kita? Itu pentingnya untuk menyamakan tujuan pernikahan kita, atau sederhananya “ingin menjadi keluarga yang seperti apa???”
- Kenali diri sendiri
yang adalah sebagai Muslim, sehingga dengan kesadaran tersebut, kita akan
mengambil contoh2 dari idola kita, yaitu Choi Shiwon... Loh???
Ini nih yang seringkali salah, kita lebih mengidolakan yang seperti ini dibanding dengan role model kita Rasulullah SAW (*curhat). Padahal beliau sudah Allah utus menjadi sebaik2 contoh bagi umat Muslim, maka ketika ada problematika ya kita coba cari dari kisah2 Rasul dan para shahabat. - Persiapkan kemampuan secara finansial.
- Kita sebagai wanita harus ingat alur keberbaktian dalam keluarga yaitu, seorang suami adalah milik ibunya, dan seorang istri adalah milik suaminya. Sehingga sebagai seorang istri kita harus bisa mendukung suami untuk berbakti pada orang tuanya. Dan kita harus mempersiapkan untuk tidak lagi diatur oleh keluarga orang tuan kita, tapi oleh keluarga yang kita bangun dengan seorang imam yaitu suami kita.
Ya,
sekian dulu dari apa yang otak saya bisa pikirkan untuk saya tuliskan kembali.
Semoga bermanfaat bagi para pencari cinta (PPC) yang sedang menantikan pangeran
berkudanya datang menjemputnya atau bagi yang sudah dijemput olehnya.
Wallahu’alam
bishshawwab...
No comments:
Post a Comment